Rabu, 07 Mei 2014

Urgensi Shalat Dalam Islam

Urgensi Shalat Dalam Islam

Oleh: Ustadz Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Lukman Hafizhahullah

Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan umat islam melaksanakan sholat lima waktu. Setiap muslim pasti mengetahui kewajiban ini, karena sholat merupakan rukun islam kedua dan tiangnya agama.
Keislaman seseorang tak akan tegak kecuali dengan sholat. Jika demikian masalahnya, mengapa masih banyak di antara orang-orang yang mengaku Islam, namun masih menyepelekan bahkan meninggalkan shalat!!?

Shalat mempunyai kedudukan yang tinggi dalam agama Islam. Tidak ada satu ibadah pun yang bisa menandinginya. Hal tersebut karena shalat adalah:

1. Tiangnya agama
Tidak akan tegak agama Islam kecuali dengan shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رأس الأمر الاسلام وعموده الصلاة وذروة سنامه الجهاد

 “Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah sholat dan puncaknya adalah jihad.” [1]

2. Kewajiban yang abadi
Kewajiban shalat tidak gugur selama akal masih ada, walaupun dalam keadaan mencekam. Allah عز و جل berfirman:
حَافِظُواْ عَلَى الصَّلَوَاتِ والصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُواْ لِلّهِ قَانِتِينَ   فَإنْ خِفْتُمْ فَرِجَالاً أَوْ رُكْبَاناً فَإِذَا أَمِنتُمْ فَاذْكُرُواْ اللّهَ كَمَا عَلَّمَكُم مَّا لَمْ تَكُونُواْ تَعْلَمُونَ

“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat Wustso. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” [QS.al-Baqarah/2:238-239]

3. Ibadah yang pertama kali dihisab
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali ditanyakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla kepada seorang hamba. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة فإن صلحت صلح له سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله

“Pertama kali yang akan dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalannya, jika jelek maka jelek pula seluruh amalannya.” [2]

4. Akhir perkara yang akan hilang dari agama Islam
Apabila shalat telah hilang, maka hilang pula agama Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لينقضن عرى الاسلام عروة فكلما انتقضت عروةٌ تشبث الناس بالتي تليها وأولهن نقضاً الحكم وآخرهن الصلاة

“Akan terlepas tali Islam seutas demi seutas. Acap kali satu tali Islam terlepas, maka manusia akan berpegang dengan tali berikutnya. Yang pertama kali akan terlepas dari Islam ini adalah hukum dan yang terakhir shalat.” [5]

5. Wasiat terakhir Nabi kepada umat
Wasiat terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya sebelum beliau wafat adalah shalat. Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu berkata:
كان آخر كلام رسول الله صلى الله عليه وسلم الصلاة الصلاة …اتقوا الله فيما ملكت ايمانكم

“Adalah ucapan terakhir yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: Shalat..shalat..dan takut lah kepada Allah dari budak-budak yang kalian miliki.” [4]

HUKUMNYA

Tidak diragukan lagi bahwa shalat hukumnya wajib. Berdasarkan nash al-Qur’an, Hadits dan kesepakatan ulama. Kewajiban ini bagi seluruh kaum muslimin yang telah baligh, kecuali wanita yang sedang haid atau nifas. Allah ‘azza wa jalla berfirman:
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang beriman.” [QS.an-Nisa'/4:103]

Adapun dalil dari Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya hadits dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutusnya pergi ke Yaman, beliau bersabda:
فأعلمهم أن الله قدافترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة

“Ajarkanlah mereka bahwa Allah telah mewajibkan shalat lima waktu setiap hari dan malam.” [HR.al-Bukhari:1395 dan Muslim:29]

Dan umat ini pun telah sepakat akan kewajiban shalat lima waktu dalam sehari semalam.[5]

Barangsiapa yang mengingkari kewajiban shalat ini, maka dia telah keluar dari agama Islam alias kafir tanpa ada keraguan karena dia telah mendustakan Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

Imam Qodhi Iyadh rahimahullah berkata: “Demikian pula kita dapat memastikan kekafiran orang yang mendustakan dan mengingkari pondasi dari pondasi-pondasi agama, dan apa yang telah diketahui dengan yakin melalui dalil yang mutawatir berupa perbuatan rosul atau adanya ijma’, seperti orang yang mengingkari kewajiban shalat atau mengingkari jumlah raka’at dan sujudnya.” [6]

HIKMAH DAN RAHASIA SHOLAT

Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: “Shalat itu diwajibkan dalam bentuk yang paling sempurna dan paling bagus, sehingga menjadi perantara seorang hamba kepada Robbnya. Di dalam shalat terkandung pengagungan kepada Allah dengan seluruh anggota badan. Ucapan lisan, perbuatan kedua tangan dan kaki, kepala dan indera peraba dan seluruh bagian badan. Semuanya mengambil hikmah dalam ibadah yang agung ini. Di dalam shalat juga ada tahmid, tasbih dan takbir, persaksian yang benar dan berdiri di hadapan Sang Pencipta dengan status hamba yang rendah dan tunduk. Ketundukan ini dapat terlihat dengan ucapan orang yang shalat, punggung yang membungkuk sebagai tanda kerendahan dan khusyuk kepada Allah. Kemudian bangkit dari ruku’ sebagai persiapan untuk lebih tunduk lagi pada posisi berikutnya yaitu sujud. Maka dalam sujud dia meletakkan bagian tubuhnya yang mulia di atas tanah, ini sebagai bentuk ketundukan dan kerendahan diri kepada Allah.”[7]

KEUTAMAAN DAN MANFAAT MENGERJAKAN SHOLAT
1. Mencegah Perbuatan Keji dan Munkar
Allah ‘azza wa jalla berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ

“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.” [QS.al-Ankabut/29:45]

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Barangsiapa yang shalatnya tidak dapat memerintahkan kepada yang ma’ruf dan tidak bisa mencegah dari yang munkar, maka tidaklah shalat melainkan menjadikan bertambah jauh kepada Allah.”[8]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengomentari ayat diatas: “Dalam shalat terkandung dua perkara yaitu meninggalkan perbuatan keji dan perbuatan mungkar. Sesungguhnya menekuni shalat akan membawa untuk meninggalkan perbuatan tersebut.”[9]

2. Penghapus Dosa dan Kesalahan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مثل الصلوات الخمس كمثل نهر جار غمرٍ على باب أحدكم يغتسل منه كل يوم خمس مرات

“Permisalan shalat lima waktu bagaikan sungai mengalir yang banyak airnya, berada di depan pintu salah seorang di antara kalian. Dia akan mandi di dalamnya sebanyak lima kali dalam sehari.” [HR.Muslim: 668]

3. Cahaya di Dunia dan Akhirat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من حافظ عليها كانت له نوراً وبرهاناً ونجاةً يوم القيامة ومن لم يحافظ عليها لم يكن له نور ولا برهان ولا نجاةٌ وكان يوم القيامة مع قارون وفرعون وهامان وأبي بن خلف

“Barangsiapa yang menjaga shalat, maka baginya cahaya, dalil dan keselamatan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, dalil dan ke selamatan. Dia pada hari kiamat akan berkumpul bersama Qorun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Kholaf.”[10]

4. Pahala dan Meninggikan Derajat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من تطهر في بيته ثم مشى إلى بيتٍ من بيوت الله ليقضي فريضة من فرائض الله كانت خطوتاه إحداهما تحط خطيئةً والاخرى ترفع درجةً

“Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berangkat ke rumah Allah untuk menunaikan kewajiban yang Allah wajibkan, maka kedua langkah kakinya: satu langkah menghapus kesalahan dan yang lainnya meninggikan derajat.” [HR.Muslim: 666]

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Sesungguhnya shalat itu bisa menghapus kejelekan bagi orang yang menunaikan hak-hak shalat, dia menyempurnakan kekhusyukan shalat. Dia berdiri dihadapan Allah dengan hati yang hadir dan berfikir. Orang yang semacam ini jika selesai shalat akan menjumpai keringanan shalat, menjumpai semangat dan kelapangan hati setelah shalat.”[11]

5. Solusi dari berbagai permasalahan
Permasalahan dunia yang berat akan terasa ringan jika kita mengerjakan shalat. Karena shalat adalah penghibur dan penyejuk hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يا بلال أقم الصلاة أرحنا بها

“Bangkitlah wahai Bilal, hiburlah kami dengan shalat.” ”[12]

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setiap kali dirundung masalah, beliau melaksanakan shalat. Sahabat mulia Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata:
إن النبي صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمرٌ صلى

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila dirundung masalah beliau mengerjakan shalat.” [13]

Hal itu tiada lain karena shalat adalah komunikasi antara hamba dengan Robbnya. Berdiri di hadapan Allah ‘azza wa jalla dengan shalat shalat memiliki pengaruh kuat dalam memperbaiki jiwa orang yang shalat bahkan seluruh manusia. Karena shalat adalah penyejuk mata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
جعل قرة عيني في الصلاة

“Telah dijadikan kesejukan mataku di dalam shalat.” [14]

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Ketahuilah, tidak ada keraguan bahwa shalat adalah penyejuk mata orang-orang yang tercinta, kelezatan jiwa-jiwa orang yang bertauhid, tamannya orang-orang yang beribadah, kelezatan hati orang yang khusyuk. Dia adalah rahmat Allah yang dihadiahkan kepada hambanya yang beriman.”[13]

6. Sehat dengan shalat
Ini termasuk manfaat shalat yang tersembunyi. Karena di dalam shalat terdapat gerakan badan yang bermanfaat, menguatkan anggota tubuh. Hal itu dilihat dari dua sisi[16]:

Pertama: Apa yang ada di dalam shalat dan sarana menuju shalat, dari mulai berjalan dan pergi menuju shalat, saat pulangnya kembali, gerakan bangun, duduk, ruku’ dan sujud yang berulang-ulang, demikian pula berwudhu yang berulang-ulang, semua pergerakan ini bermanfaat bagi kebugaran badan.

Kedua: Bahwa maksud yang paling besar adalah menghadirkan hati, bermunajat kepada Allah ‘azza wa jalla, tunduk dan berdoa kepada-Nya. Dan hal itu tanpa ada keraguan menyebabkan hati bersinar. Melapangkan dada dan membuat jiwa bertambah lapang. Dan telah diketahui oleh seluruh dokter bahwa usaha untuk menyenangkan hati ini, membuat jiwa senang adalah termasuk cara jitu untuk meraih kesehatan yang dapat mencegah penyakit, meringankan beban penyakit yang dirasa. Hal ini terbukti dan mujarab, terutama shalat malam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فإن استيقظ فذكر الله انحلت عقدةٌ ، فإن توضأ انحلت عقدةٌ ، فإن صلى انحلت عقدته كلها ، فأصبح نشطاً طيب النفس ، وإلا أصبح خبيث النفس كسلان

“Apabila seorang hamba bangun malam, kemudian dzikir kepada Allah, terlepaslah satu ikatan. Apabila dia berwudlu terlepaslah satu ikatan lagi, jika dia shalat maka akan terlepas seluruh ikatan. Maka pagi harinya jiwanya akan semangat dan bagus, jika tidak bangun, jadilah jiwanya jelek dan malas.” [HR.al-Bukhari: 1142 dan Muslim: 776]

ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKAN SHOLAT

Kaum muslimin tidak berselisih bahwa meninggalkan shalat fardhu secara sengaja merupakan dosa yang paling besar. Dosanya di sisi Allah azza wa jalla lebih besar daripada dosa membunuh jiwa atau merampas harta. Lebih besar daripada dosa zina, mencuri atau meminum khomr. Orang yang meninggalkan shalat terancam siksa Allah ‘azza wa jalla dan murka-Nya, menderita di dunia dan akhirat. [17]

Sungguh banyak sekali dalil-dalil yang menegaskan ancaman yang sangat keras bagi orang yang meninggalkan sholat. Diantaranya:

1. al-Qur’an
Allah ‘azza wa jalla berfirman:
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّاً

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” [QS.Maryam/19:59]

Perhatikanlah ayat ini, Allah ‘azza wa jalla memberi ancaman berupa kesesatan bagi yang menyia-nyiakan shalat!!

Demikian pula firman Allah ‘azza wa jalla:
فَإِن تَابُواْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”[QS-at-Taubah/9:11]

Dalam ayat ini Allah ‘azza wa jalla mengaitkan peraudaraan agama di antara kaum muslimin dengan mengerjakan shalat!!

Kemudian Allah ‘azza wa jalla mengisahkan tentang penduduk neraka dalam firman-Nya:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ     قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ

“Apakah yang memasukkan kamu kedalam Saqor (neraka)?. Mereka menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” [QS. al-Muddatsir/74:42-43]
Sungguh ayat semacam ini sangat tegas memberi ancaman bagi yang meninggalkan shalat!

2. al-Hadits
- Jabir Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إن بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة

“Perbedaan antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” [HR.Muslim: 76]

- Abdullah bin Syaqiq berkata: “Adalah para sahabat Rasulullah tidak memandang sesuatu dari amalan yang bila di tinggalkan menyebabkan kafir selain shalat.” [HR.Tirmidzi: 2622]

- Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya perkara terpenting dalam agama kalian adalah shalat. Barangsiapa yang menjaga shalat, sungguh dia telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang menyia-nyiakan shalat, sungguh dia akan lebih mudah menyia-nyiakan perkara yang lain. Tidak ada bagian dalam agama Islam bagi yang meninggalkan shalat.” [18]

- Imam Ahmad berkata: “Shalat kita adalah akhir agama kita, dia adalah perkara yang pertama kali akan ditanyakan kepada kita pada hari kiamat. Maka tidak ada lagi Islam dan agama bila shalatnya hilang.” [19]

Maka wahai saudaraku yang meninggalkan shalat, berhentilah sekarang juga untuk menyepelekan shalat, bangkitlah dari mimpi burukmu, karena perkara meninggalkan shalat bukan perkara yang ringan, bisa membawa seseorang kepada kekafiran!! Allahul musta’an.

JAGALAH SHOLAT ANDA

Allah memerintahkan seluruh seluruh hamba yang beriman untuk menjaga shalat-shalat mereka. Firman-Nya:
حَافِظُواْ عَلَى الصَّلَوَاتِ والصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُواْ لِلّهِ قَانِتِينَ

“Peliharalah semua sholat(mu), dan (peliharalah) sholat Wustho dan berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” [QS.al-Baqarah/2:238]

Termasuk menjaga shalat adalah dengan memperhatikan waktu shalat, batasannya dan selalu koreksi terhadap rukun, kewajiban serta selalu semangat untuk menunaikan dengan optimal. Mengerjakan tepat pada waktunya, segera menunaikan dan merasa sedih jika ada bagian hak shalat yang tertinggal, dia memahami andaikan shalat berjama’ahnya ditinggal, maka hilanglah bagiannya dua puluh lipat shalat.[20]

Sungguh kaum muslimin sejak zaman sahabat sangat perhatian terhadap shalat, mereka selalu menjaga shalat dengan perhatian khusus, teladan mereka adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
كان رسول الله يحدثنا ونحدثه ، فإذا حضرت الصلاة فكأنه لم يعرفنا ولم نعرفه

“Adalah Rasulullah mengajak kami berbicara dan kami berbicara kepadanya. Apabila telah hadir waktu shalat, seolah-olah beliau tidak mengenal kami dan kami tidak mengenal beliau.”[21]

Demikian pula generasi setelah para sahabat, mereka berjalan di atas manhaj nabawi. Mereka selalu menjaga shalat.

1. Sa’id bin Musayyib rahimahullah karena semangatnya untuk shalat beliau selalu menjaga diri untuk berada di masjid sebelum adzan berkumandang. Hal ini berlangsung selama empat puluh tahun. Bard Maula Sa’id bin Musayyib rahimahullah berkata: “Tidaklah adzan shalat berkumandang sejak empat puluh tahun melainkan Sa’id sudah berada didalam masjid.” [22]
2. Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata: “Janganlah engkau seperti hamba yang jelek, engkau tidak datang kecuali hingga dipanggil, datangilah shalat sebelum adzan.”[23]
3. Amir bin Abdullah rahimahullah sedang sakit sementara rumahnya dekat masjid, ketika adzan berkumandang dia berkata: “Ambillah tanganku bawa ke masjid.” dikatakan padanya: “Engkau ini sedang sakit.” Amir bin Abdullah rahimahullah berkata: “Aku mendengar panggilan Allah kemudian aku tidak menjawabnya?!” Mereka akhirnya membawanya ke masjid, kemudian beliau shalat maghrib dan mendapati satu raka’at bersama imam kemudian meninggal dunia.” [24]

Allahu Akbar! Begitu indah peri kehidupan mereka! Sampai dalam keadaan sakit sekalipun mereka tetap memperhatikan shalat. Lalu bagaimana dengan keadaan orang-orang sekarang yang sangat malas mengerjakan shalat padahal mereka dalam keadaan sehat. Kemudian yang menyedihkan pula, kaum muslimin meninggalkan shalat karena alasan safar (bepergian jauh). Padahal Allah ‘azza wa jalla memerintahkan shalat sekalipun dalam keadaan mencekam!! Allohul musta’aan.

Terakhir, wahai orang yang meninggalkan shalat, ambillah bagian dari umurmu dengan amal shalih. Segeralah bangkit dari kelalaianmu dengan menjaga shalat. Kamu tidak mengetahui berapa lama lagi yang tersisa dari umurmu, apakah sebulan, seminggu atau bahkan sehari atau sesaat.?! Ingatlah selalu firman Allah ‘azza wa jalla yang berbunyi:
إِنَّهُ مَن يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِماً فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيى

“Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.” [QS.Thoha/20:74]
فَأَمَّا مَن طَغَى   وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا    فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى

“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia. Maka sesungguhnya neraka lah tempat tinggalnya.” [QS.an-Nazi'at/79:37-39]

Allahu a’lam.

Note:
[1] HR.Tirmidzi: 2616, Ibnu Majah: 3973, Ahmad: 7/31 dan selainnya. Dishohihkan oleh al-Albani dalam ash-Shohihah no.1122]

[2] HR.ath-Thobroni dalam al-Ausath: 1/409. al-Albani berkata dalam ash-Shohihah: 3/346: “Walhasil, hadits ini shohih dengan terkumpulnya jalan yang sangat banyak.”

[3] HR.Ahmad: 5/251. dishohihkan al-Albani dalam Shohih at-Targhib: 1/229

[4] HR.Ahmad: 6/290. Dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Irwaa: 7/238

[5] al-Mughni: 3/6, Ibnu Qodamah

[6] as-Syifa: 2/1703, Qodhi Iyadh

[7] Miftah Daar as-Sa’adah: 2/320, Ibnul Qoyyim

[8] Tafsir ath-Thobari: 20/99

[9] Tafsir Ibnu Katsir: 6/28

[10] HR.Ahmad: 2/169. ad-Darimi: 2/301, Imam al-Mundzir berkata: “Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang bagus.” Targhib wa Tarhib: 1/440

[11] al-Wabilus Shoyib hal.46, Ibnul Qoyyim

[12] HR.Abu Dawud: 4986 dan Ahmad: 5/371. dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Misykah: 1253

[13] HR.Abu Dawud: 1319, Ahmad 5/388. hadits ini dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam Shohih Abu Dawud: 1319

[14] HR.an-Nasai: 3949, Ahmad: 4/330, Hakim: 2/160. dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam al-Talkhis: 3/133. Lihat takhrij lengkapnya dalam as-Shohihah: 1809, oleh al-Albani

[15] Asror as-Sholat hal.55-56, Ibnul Qoyyim, Dar.Ibn Hazm

[16] ar-Riyadh an-Nadhiroh hal.17-18, Abdurrahman as-Sa’di

[17] As-Sholat wa Hukmu Tarikiha hal.29, Ibnul Qoyyim

[18] As-Sholat wa Hukmu Tarikiha hal.34

[19] Idem hal.35

[20] al-Wabilus Shoyib hal.16

[21] Aina Nahnu min Haaulaa hal.165, Abdul Malik al-Qoshim

[22] Thobaqot Hanabilah: 1/141, Hilyah Auliya: 2/163

[23] At-Tabshiroh: 1/137

[24] Siyar A’lam Nubala: 5/220, adz-Dzahabi

Sumber: Disalin dari Majalah AL FURQON No. 99, Edisi 7 Th.ke-9 1431/2010 hal.50-54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar